Selasa, 13 Oktober 2009

Ragam Bahasa

Bahasa yang digunakan oleh suatu populasi masih mungkin untuk memiliki perbedaan yang secara sadar maupun tidak dirasakan oleh penggunanya. Perbedaan yang memiliki khas tersendiri meskipun masih dalam satu bahasa yang sama ini disebabkan karena pemakaian ketika pembicara dan lawan bicaranya memiliki hubungan tertentu (teman akrab, orang yang dihormati), topik yang dibicarakan, dsb.

Contoh ragam adalah ragam baku danragam tidak baku (ragam santai, ragam akrab, dll). Perbedaannya yang terasa antara ragam-ragam tersebut (baku dan tidak baku) biasanya pada penggunaan kosakata. Kosakata pada ragam baku biasanya sudah terdaftar di Kamus Besar Bahasa Indonesia, sedangkan pada kosakata yang tidak baku tidak.

Ragam bahasa baku biasanya lebih sering digunakan oleh penutur yang berpendidikan misalnya kata maaf, khilaf, insaf. Pada penutur yang mungkin tidak mendapat pendidikan dengan baik akan menggunakan kata maap, khilap, insap.

Ragam bahasa baku juga biasa digunakan oleh penutur jika hubungan antara penutur dan lawan bicaranya terasa memiliki jarak tertentu dalam situasi yang dianggap formal misalnya antara atasan dan bawahan di kantor dan saat jam kerja, orang biasa berbicara dengan pejabat dalam acara resmi, dsb.

Jika dilihat dari media / alat untuk menyampaikannya terdiri dari dua ragam, yaitu ragam tulis dan lisan. Perbedaannya biasanya terletak pada kelengkapan pola kalimat yang disusun untuk masing-masingnya. Untuk ragam lisan, kata-kata yang digunakan biasanya sedikit, tetapi sudah dapat menyampaikan maksud dari si pembicara, sedangkan pada ragam tulisan, kata-kata yang digunakan biasanya lebih banyak untuk menyampaikan maksud si pembicara. Kecenderungan ini disebabkan karena saat menggunakan bahasa lisan terbantu dengan situasi saat itu, adanya intonasi (irama nada tinggi dan rendahnya suara si pembicara), dan ekspresi gerak tubuh (mimik muka, gerakan tangan, dan gerak tubuh yang lainnya) yang disertakan oleh si pembicara secara bersamaan. Bagaimana dengan ragam tulisan, tentu saja dalam tulisan perlakuan ini (intonasi dan ekspresi tubuh) tidak dapat dilakukan sehingga untuk memperjelas maksud dari si pembicara, ia membutuhkan lebih banyak kata dibandingkan dengan ragam lisan.

Contoh ragam lisan misalnya dalam suatu situasi si Amir dan Budi sedang bersama kemudian Amir beranjak pergi, si Budi bertanya “Kemana?”

Cukup dengan hanya kata 'kemana', orang yang sedang berada di dekat Amir dan Budi dan sedang memperhatikan mereka berdua sudah dapat menangkap maksud dari kata 'kemana' yang diucapkan Budi. Lain halnya dalam ragam tulis, kita membutuhkan kalimat yang lebih lengkap daripada sekedar kata 'kemana' untuk dapat mengerti maksud ucapan Budi misalnya, Budi bertanya kepada Amir “Mau pergi kemana ?”.

Ragam bahasa juga dapat dirasakan saat si penutur barasal dari daerah tertentu, misalnya orang Jawa yang, orang Bali, orang Batak, dll. Dalam berbicara BahasaIndonesia, masing-masing masih ada pengaruh logat dari daerahnya masing-masing misalnya orang Jawa yang berbicara dengan kosakata yang terdengar berbeda saat mengucapkan huruf 'B' disetiap kata. Ini yang disebut sebagai dialek regional.

Uniknya, setiap orang pun memiliki ciri tersendiri saat menuturkan Bahasa yang dikarenakan setiap orang memiliki pilihan kata tersendiri yang sering digunakan berdasarkan dari kekayaan kata yang dimilikinya, lingkungannya, pendidikan, dsb. Keseluruhan ciri bahasa seseorang ini disebut juga dengan idiolek.


Baca Juga Artikel Ini



Bookmark and Share

0 komentar:

Posting Komentar

Setelah baca artikel ini, harap dikomentari untuk kemajuan blog ini. Kalau artikelnya bagus kan Anda juga yang senang kan. Kirim komentar Anda di sini !