Untuk Anda yang ahli Politik jangan baca artikel ini karena Anda hanya melihat kebodohan seorang Blogger yang tidak memilki intelektual dan integritas.
Oke, Pemilu Legislatif kemarin gw Golput (Baca disini), sekarang Pemilihan Presiden gw juga Golput. Walaupun gw fansnya Band Cokelat tapi gw gak mau ikutin salah satu liriknya yang “Jangan hanya menjadi putih…”. Sebetulnya gw udah punya pilihan tapi sepertinya pilihan gw itu gak bakal menang (Pasti tau lah). Gw pilih Mega-Prabowo karena Pro rakyat (I think), dia bilang udah melakukan beberapa kontrak politik seperti BBM murah,penghapusan BHP,penghapusan sistem kerja Outsourcing, dsb. Tapi yang gw blom tau kalau melanggar kontrak politik itu apa sih hukumannya ?. Karena waktu SBY terpilih menjadi Presiden tahun 2004 dia juga melakukan kontrak politik selama 100 hari, tapi apa yang dihasilkan ? GAK ADA dan ketika kontrak politiknya gak terlaksana dia hanya bilang “Kita memiliki kontrak politik dengan Indonesia selama 5 tahun bukan 100 hari”. Halah, alasan aja mending gak usah mengubar janji seperti itu. Kalau presiden USA Barack Obama itu baru berhasil kontrak politik 100 harinya yaitu yang memulangkan Tentara AS dari Irak walaupun menghabiskan dana yang tidak sedikit.
Alasan gw Golput juga karena menurut gw gak ada Capres dan Cawapres yang cocok. Kayanya semua terkesan maksa atau cocok2an kalau gw lihat. Nanti malah seperti pasangan SBY dan JK yang gak cocok cara kerjanya, tak terpikir sekalipun oleh kita kalau ada Wapres yang mengambil porsi yang sama seperti Presiden. Nah, gw kan jadi gak yakin sama Capres dan Cawapres sekarang. Seperti Prabowo dan Wiranto yang pasti juga mau jadi Presiden kalau Budiono gak tau deh.
Oh ya, gw mau sedikit menanggapi iklan Sujiowo Tejo atas dukungannya pada pasangan JK-Win yang dia bilang “Demi Allah dan demi almarhum ibu saya Sulastri, saya tidak dibayar atas dukungan ini”. Menurut gw itu Lebay banget ada pernyataan kaya gitu. Mudah2an pernyataan itu memang benar. Waktu diwawancara di TV One setelah pemilu, Sujiwo bilang kalau dia tidak minta izin pada keluarganya ketika membuat pernyataan seperti itu dan alasan dia memilih JK-Win karena menurutnya para Nelayan harusnya lebih sejahtera (Apa pedulimu Mas Tejo ?) dan alasan lainnya. Tapi sudahlah, biarkan saja. Memang harus diakui iklan JK-Win paling banyak tapi gak mutu.
Gw juga gak ikut milih Capres yang sekarang karena mereka berasal dari partai yang selalu memiliki skandal dan konflik. Partai PDIP dan Golkar bukan partai yang bersih dari kasus korupsi, sedangkan Partai Demokrat berisi penganut Neo Liberalisme. Tapi ketika menjelang Pemilu, itu Capres pintar dalam menarik perhatian pendukungnya. Seperti Mega yang tiba2 mendukung BLT, SBY yang mempublikasikan program BLT, dan JK yang mengungkit2 idenya tentang pengadaan BLT. Gimana rakyat gak jadi tertarik. Ini dalam hal BLT yah.
Sekarang ngomongin masalah kampanye, seperti kita tau kalau setiap Capres harus melaporkan dana kampanye-nya ke KPU. Tapi apa yang terjadi ? Ternyata dana dari tiap Capres memiliki pelanggaran. Kalau tim Mega ada dana yang tak jelas asalnya, SBY dapat 4 dana dari sumber yang sama, sedangkan JK gw kurang tau karena Fuad Bawazier gak mau komentar masalah ini. Dan dari yang gw liat, ternyata laporan dana dari tiap Capres hanya mempunyai dana dukungan sebesar 10 Miliar Rupiah. Menurut Bambang (Yang orangnya gendut dan berambut keriting) salah satu anggota Bawaslu, “dana kampanye 100 Miliar Rupiah aja itu masih tergolong sedikit kalau kita melihat iklan melalui media2 yang begitu banyak”. Berarti masing2 Capres gak jujur dan transparan kan ???
Tapi kalau bicara masalah iklan kampanye lewat media elektronik yaitu TV. Iklan Mega paling sedikit durasinya dan memiliki dialog yang cepat serta mengambil rekaman kampanye-nya di Bantar Gebang tapi ada juga sih yang bikin sendiri, iklan SBY yang mengikuti jingle iklan Indomie (kasian Judika malah Mike yang dapat blowJob) terus iklan terbarunya mempunyai dialog yang sama “Bapak ibu tidak perlu begitu…” tapi beda iklan (Gak kreatif yah), sedangkan JK memiliki iklan paling banyak tapi juga menggunakan jingle2 dari lagu yang sudah ada dan terakhir yang itu “Pernyataan Sujiwo Tejo”. Jadi tau dong siapa yang paling kaya.
Balik lagi ke media TV yang terkesan mendukung tiap Capres, kalau stasiun TV One yang logonya warna merah selalu menayangkan secara langsung kampanye dan pidato Capres yang berasal dari partai warna merah yaitu Megawati, sedangkan stasiun TransTV yang logonya warna biru selalu menayangkan secara langsung kampanye dan pidato Capres yang berasal dari partai warna biru yaitu SBY. Nah ironisnya gak ada stasiun TV logonya warna kuning jadi gak ada stasiun yang menayangkan secara langsung pidato dan kampanye Capres JK. (Bagian yang ini emang ngaco)
Stasiun TV yang menyebut dirinya sebagai TV Pemilu adalah TV One. Nah, ada 3 reporter TV One yang selalu meliput kegiatan dari tiap Capres yaitu M.Rizki meliput Capres Megawati, Tina Talisa (Cantik nih) meliput Capres SBY, dan Rahma Sarita meliput Capres JK. Mereka tidak hanya meliput tapi juga mendukung Capres tersebut seperti dalam acara Debat Capres & Cawapres. Apakah mereka benar2 mendukung atau hanya meliput saja ?. Setelah Pemilu selesai ternyata mereka masih meliput dan mendukung Capres-nya masing2. Hal ini mungkin membuktikan bahwa ketiga Reporter tersebut memang mendukung Capres-nya. Tentu saja hal ini membuat ketiga Reporter tersebut tidak lagi memiliki Privasi dalam hal Pemilu.
Yang menjadi pertanyaan gw sampai sekarang, Kenapa kok ketiga Reporter tersebut mau meliput dan mendukung ? Tuntutan Profesionalitas kerja ? Tulus memilih Capres-nya ? atau dibayar dari pihak tim sukses ?. Karena mereka harus meliput,mendampingi, serta mendukung Capres tersebut jauh sebelum Pemilu tiba. Berarti ketiga Reporter tersebut harus menentukan pilihan Presiden-nya jauh lebih cepat dibandingkan peserta Pemilu. Kasian juga itu Reporter, udah harus menentukan Presiden dalam waktu yang lebih cepat, harus mendukung Presiden-nya dalam keadaan apapun, menahan diri jika ada yang membujuk pindah ke Capres lain, meliput segala kegiatan Presiden-nya, tapi tetap aja enak kalau Reporter itu bisa terkenal lewat TV karena selalu menemani Capres-nya.
Sekarang gw mau ngomongin hal mistik dari tiap Capres. Kalau Megawati gw gak tau, tapi namanya anak seorang Pemimpin Pertama Negeri bisa dipastikan “punya” deh, tapi pernah di koran Kompas tahun 2005 ada foto Megawati yang merelakan seorang pria tua meminum air cucian kakinya. Gila banget, emang dia keturunan dewa yunani ? (Belagu banget). SBY yang katanya punya kalung berjimat (Baca disini). Tapi gw sempat baca di Majalah Misteri (antara tahun 2005-2007) yang katanya nama jimatnya Rantai Bumi yang dapat membuat kebal pemiliknya dalam dari apapun, tapi membutuhkan 10 orang sakti untuk mengambil jimat-nya. Namun SBY hanya dapat menyewanya sebesar 10 Miliar Rupiah (Sekali lagi ini yang gw baca). Kalau JK gak ada kasusnya, tapi kalau melihat Ali Mochtar Ngabalin yang tadinya tim SBY, tapi pindah ke tim JK karena mungkin dia tidak sejalan dengan kegiatan SBY yang selalu ziarah ke makam pada malam hari mencari “sesuatu” (Baca disini) sudah dipastikan JK tidak punya hal semacam sihir. Kalau JK “punya” maka Ali Mochtar gak mungkin mau jadi tim suksesnya. (Sebetulnya gw ada cerita mistis JK dari teman gw yang orang Banten, tapi karena belum ada buktinya jadi gak gw tulis).
Sekarang ngomongin Cawapres-nya. Cawapres Prabowo yang berlatar belakang tentara tentu memiliki sifat yang keras, tapi kenapa dia bisa bilang menjadwalkan ulang hutang negara, mengatasi kebocoran ekonomi atau mengembalikan uang 200 Triliyun dalam 1 tahun, padahal ia bukan orang ekonomi. Oleh karena itu hal ini sempat dibantah Cawapres Budiono kalau Cawapres Prabowo hanya berangan-angan. Cawapres Budiono sendiri yang berlatar belakang Profesor dalam hal Ekonomi yang berulang kali menjadi menteri di bidang Ekonomi, kabarnya adalah seorang yang menganut ajaran Kapitalisme dan istrinya seorang Katolik (Gw juga gak tau). Sedangkan Cawapres Wiranto yang juga sama seperti Cawapres Prabowo yang berlatar belakang militer menurut gw adalah orang yang bertanggung jawab atas meninggalnya 5 mahasiswa dan korban lainnya dalam tragedi Mei ’98. Jadi gw berpikir kalau dia gak bisa memimpin bangsa atau peduli rakyat kecil.
Kalau dilihat dari cara bicaranya, Megawati selalu terkesan emosi seperti ketika dia berpidato masalah BLT, tapi setelah pendukungnya berkurang akhirnya ia mendukung juga malah sampai bikin iklan dan membuat SBY bilang “Terima kasih telah mendukung…” tapi Megawati tetap aja ngeles “Yang saya tidak suka adalah cara pembagiannya…” (Membuktikan kalau dia Plin-Plan). Kalau SBY orang yang paling lancar berbicara dan memiliki tutur kata yang baik, seolah2 dia membaca padahal tidak. Kalau gak salah, dia pernah pidato dalam bahasa Inggris tanpa naskah alias mikir sendiri dalam 1 jam. Sedangkan JK ialah orang yang paling santai dalam berbicara, tapi agak cepat dan tidak jelas dan kenapa ia selalu mengartikulasikan huruf “I” jadi “E” seperti “Lebih cepat lebih baek…” (Kaya vokalis Jamrud aja Pak).
Terus tadi ada hal yang gw anggap lucu. Ketika JK selesai mencelupkan jari kelingking-nya lalu ia mengacungkan jarinya ke kamera, lalu disusul SBY selesai mencelupkan jari jempol-nya lalu ia mengacungkan jarinya ke kamera, dan terakhir Megawati selesai mencelupkan jari kelingking-nya lalu ia mengacungkan jarinya ke kamera. Tak terbayangkan jika Megawati juga memilih untuk beda sendiri dengan mencelupkan jari tengah-nya lalu ia mengacungkan jarinya ke kamera… BENAR2 TAK BISA DIBAYANGKAN.
Sebetulnya gw gak pengen Golput benar2 gak pengen, tapi apa daya kalau belum ada Capres dan Cawapres yang sesuai dengan gw tentang Visi dan Misi-nya dalam hal membangun Indonesia. Yang jelas gw mau Capres dan Cawapres yang pria, beragama Islam, selalu menyebut nama Allah SWT di tiap pidato-nya (Seperti Soeharto), percaya diri dan apa adanya (Seperti Hatta) alias tidak seperti Capres dan Cawapres yang harus ada tim Make-Up kalau mau tampil di depan Publik, bertutur kata yang baik (Seperti SBY), tegas (Seperti Soekarno), dan bertindak cepat (Seperti JK), tidak memiliki skandal (Seperti Tifatul Sembiring atau Hidayat Nur Wahid), dan hal2 yang memang harus benar2 Perfect untuk menjadi pemimpin Indonesia. Lihatlah betapa sulitnya menjadi Presiden menurut saya. Tapi bagi saya masalah agama adalah hal terpenting dalam suatu kehidupan apalagi dalam hal kepemimpinan. Jika masalah seperti sekarang yaitu pembubaran Ahmadiyah saja tidak bisa, maka ia bukan merupakan salah satu Presiden impian saya dan pasti juga bukan dambaan umat Muslim.
Akhirnya setelah Pemilu selesai 8 Juli 2009, langsung keluar hasil perhitungan cepat yang biasa dinamakan Quik Qount. Metode ini sudah berlangsung lama sejak Pemilu 2004 silam dan hasil dari Quik Qount bisa dipastikan mendekati hasil perhitungan manual KPU. Dan yang gw liat kemarin di stasiun TV One yang berkerja sama dengan lembaga Survei Indonesia (LSI) telah memperlihatkan hasil perhitungan cepatnya kalau pasangan SBY-Budiono menjadi urutan nomor 1 dengan perolehan suara sekitar 60,xx %, urutan kedua pasangan Mega-Pro dengan dengan perolehan suara sekitar 27,xx%, dan terakhir pasangan JK-Win dengan perolehan suara sekitar 13,xx%. Banyak yang tidak menyangka kalau pasangan JK-Win kalah karena sebelum Pemilu, elektabilitas pasangan ini meningkat dibanding pesaingnya, tapi banyak juga yang bilang kalau JK kalah karena perpecahan di dalam Golkar itu sendiri dan juga kurangnya dana (Masa sih ?), kalau Mega-Pro mungkin (menurut gw) kalah karena sombongnya sifat mereka yang kabarnya sudah membuat rancangan Kabinet dengan kepengurusan dari Partai Gerindra dalam bidang Ekonomi sebanyak 60%, tapi menurut gw alasan lain juga karena sifat Prabowo yang terkesan ingin ikut menjadi Presiden nanti malah kaya pasangan SBY-JK dulu yang jadi gak sejalan cara kerjanya, kalau SBY-Budiono menang karena didukung 24 partai. Inget kata Amien Rais “Bagaimana mungkin seorang yang intuisif seperti SBY, bisa memilih Budiono. Tentu saja ini tidak menjual, tidak selling di publik”. (Nyatanya menang kok Pak). Inget juga iklan Amien Rais ketika Pemilu 2004 yang ceritanya ada seorang pejabat yang dengan sombongnya menggusur rumah “wong cilik”, sehingga para “wong cilik” itu menangis. Lalu datanglah seorang penolong “Amien Rais” dengan muka prihatin dan langsung memeluk “wong cilik” itu dengan berkata ??? (Komentar : Ah, gw juga bisa kaya gitu)
Namun dengan terpilihnya kembali Presiden SBY dan pasangan barunya Budiono yang katanya Kapitalis, saya tidak bisa melakukan apa2 kecuali hanya selalu berdoa kepada Allah SWT agar Indonesia yang kekayaan alamnya dan segala asetnya hampir menjadi milik luar negeri tidak habis dijarah oleh para investor asing itu. Seperti kata Cawapres Prabowo kalau Stadion Gelora Bung Karno yang dibangun dalam keadaan Indonesia sedang susah telah digadaikan oleh negara kita (tepatnya ketika pemerintah SBY) kepada Qatar. Mudah2an Monumen Nasional (Monas) tidak menjadi korban berikutnya.
Yang jelas gw cuma ingin pemerintahan Indonesia seperti kata Anies Baswedan yaitu Rektor Universitas Paramadina “Kita ingin pemerintahan yang pro rakyat dan dilanjutkan dengan lebih cepat lebih baik”. Siapapun Presiden-nya pasti kita semua mengharapkan perubahan yang lebih baik dan mengharapkan kemajuan negeri. Jadi marilah kita ikut membantu proses kemakmuran negeri ini walaupun kita tidak selalu setuju dengan kebijakan pemerintah. Pro dan Kontra pasti ada, tapi yang penting bagaimana kita bisa menyikapinya dengan baik dan bijaksana menuju Indonesia Merdeka.
0 komentar:
Posting Komentar
Setelah baca artikel ini, harap dikomentari untuk kemajuan blog ini. Kalau artikelnya bagus kan Anda juga yang senang kan. Kirim komentar Anda di sini !