Rabu, 22 April 2009

Fenomena Ujian Nasional

Hari UN Yang Menakutkan & Tak Terlupakan Sehingga Jadi Pasword FS Angkatan Gw

Yah, memang fenomena ini adalah hal yang paling menakutkan untuk murid2 bodoh seperti gw. Mulai dari SD,SMP, dan SMA/sederajat. Kalo kita udah mau lulus sekolah dan mulai masuk masa2 Ujian Nasional itu adalah hal yang paling ngeri. Mungkin sistem kelulusan pendidikan waktu rezim Soeharto gak ada masalah coz lulus dengan angka “DoReMi” bisa lulus sekolah dan banyak yang masuk UI (Baca aja buku “Kambing Jantan” Raditya Dika disitu juga ada ketakutan Raditya Dika tentang menghadapi UN).

Seandainya waktu SMA, gw dapet sistem yang kaya gitu pasti semua murid bakal tenang. Waktu tahun 2005 dan 2006 adalah sistem kelulusan yang hanya ditentukan dengan 3 mata pelajaran yaitu Matematika,Bahasa Inggris, dan Bahasa Indonesia dengan standar 4,2 yang ternyata masih banyak yang gak lulus sehingga pada waktu itu para murid demo ke DPR (Kalo gak salah ada Sophia Latjuba yang ikut bantu). Yang gw tau ketika ada murid yang tau dia gak lulus, ada yang mati bunuh diri,kabur,stress, dan yang bakar sekolahnya juga ada.

Semua ini terjadi karena murid merasa sistem ini tidak adil. Mereka sudah sekolah selama 3 tahun, tapi nasib kelulusan hanya ditentukan oleh 3 mata pelajaran selama 3 hari atau 6 jam. Dan yang parahnya ketika tidak lulus, mereka harus mengulang selama 1 tahun. Jika ingin ikut “Ujian Kejar Paket C” mereka harus membayar 600 ribu rupiah (Ada kasusnya yang akhirnya dia gak sekolah lagi) dan jika lulus mereka tidak bisa kuliah di Universitas Negeri atau hanya dapat mengambil gelar D3 (Contohnya kakak kelas gw, padahal dia anak guru).

Untungnya, pas tahun 2007 yaitu tahun kelulusan gw. Pemerintah ngasih kebijakan baru yaitu jika tidak lulus UN, kita bisa ikut “Ujian Kejar Paket C” gratis dan jika lulus bisa mengikuti SPMB atau ujian masuk Universitas Negeri manapun termasuk UI. Nah, dengan kebijakan ini angkatan gw pada tenang. Tinggal menunggu ujian aja. Alhamdulillah, walaupun angka kelulusan naik jadi 4,25 tapi gak masalah. Yah, angkatan gw harus muter otak gimana caranya supaya lulus. Jawabannya adalah “Bocoran”. Akhirnya, setelah ada beberapa angkatan kita yang searching sana sini nyari2 koneksi, dapet juga “Bocoran UN 2007”.

Jujur, sekolah gw patungan buat beli soal “MTK dan Bhs.Inggris” dengan 2 sekolah lain seharga 5 juta. Tapi untungnya sekolah gw karena dikenal sebagai sekolah miskin, maka 2 sekolah itu ada yang bayar 3 juta rupiah dan ada yang 1,5 juta rupiah. Jadi, sekolah gw cuma bayar 500 ribu. Tapi hal ini gak diketahui oleh guru2 dan Kepsek. Ini adalah “pure” inisiatif dari temen2 gw. Yah, guru2 mungkin tau tapi pada diam2 aja kali.

Jadi, hal ini adalah hal yang paling penting untuk kelulusan selain belajar. Waktu itu gw juga belajar sih dengan membeli buku Prediksi Ujian Nasional. Hasilnya lumayan ngebantu coz ada beberapa soal UN 2007 yang sama dengan yang gw beli. So, buat pelajar itu penting juga.

Tapi masalah UN 2008 dan 2009 gw gak tau mau ngomong apa ?. Gila 6 pelajaran dan standar kelulusan jadi 5,5 (Parah). Gw ngerasa kasian juga dengan murid tahun itu apalagi yang ada di pedalaman kan biasanya mereka mendapat pengajaran yang kurang alias fasilitas belajar yang kurang lengkap. Bayangin aja kalo yang dari jurusan IPA harus ngerjain soal Fisika,Kimia, dan Biologi tapi disekolahnya gak ada laboratorium IPA. Gak bisa kebayang kalo mereka ngehadapin soal UN IPA yang bener2 killer. Saran gw sebaiknya sekolah seperti itu banyak2 mengadakan doa bersama seperti yang angkatan gw lakukan supaya bisa lulus semua. Gw salut buat yang mati2an ikut UN seperti yang di SLB,Lapas,Rumah Sakit, dan bahkan ada juga yang lagi hamil 7 bulan walaupun pihak sekolahnya gak kasih izin, tapi katanya dia boleh ikut Ujian Kejar Paket C.

Dengan fenomena UN sekarang yang gw liat yang pasti adanya “Bocoran” tiap tahun. Ya iyalah, itu kan ladang emas buat para petugas Depdiknas atau oknum lainnya. Kayanya ini bukan masalah buat para murid asal mereka bisa cari bocoran dan mau berkorban sedikit buat beli soal ujian (Ini Blogger bandel yah). Terkadang guru2 juga suka bantu, misalnya ngajak ngobrol pengawas ujian sehingga para murid bebas nyari contekan (Waktu gw SMP) atau ada juga Kepsek yang dipenjara gara2 ngasih jawaban UN ke muridnya. Tapi gw tetep gak setuju kalau UN adalah penentu kelulusan. Kalau memang kita harus mengikuti aturan pemerintah lebih baik pemerintah kasih aja metode UN ke SD dan SMP Negeri karena murid mereka dibiayai full oleh pemerintah berarti pemerintah terserah mau kasih aturan apa aja. Tapi jangan di SMA Swasta dan SMA Negeri.

Menurut gw dimasa SMA adalah masa2 emosi kita masih labil, sehingga hal seperti “Standar Kelulusan UN” hanya akan menambah beban pikiran tiap murid dan membuat hilang rasa percaya diri. Terbukti waktu gw SMA, temen2 gw yang pintar justru malah nilainya pada pas2an (Tanya aja Si AWW) dan yang goblok2 justru sebaliknya (Jelas aja, ada bocoran). Untunglah karena waktu itu angkatan sekolah gw lulus 100% tidak seperti angkatan sebelumnya yang menjadi korban kekejaman pemerintah. Dan memang banyak berita tentang murid yang tidak lulus UN justru adalah murid yang pintar disekolahya atau sering dapat peringkat. Dari tiap sekolah kan sudah bebas menentukan standar nilai pelajaran dengan kurikulum sekarang yang ada. Kalau begitu biar saja sekolah yang menentukan kelulusan jangan pemerintah. Capek gw ngomongnya, “Dasar Depdiknas Goblok” (Coretan di Dinding Gedung Depdiknas). Setuju gak ???

Baca Juga Artikel Ini



Bookmark and Share

0 komentar:

Posting Komentar

Setelah baca artikel ini, harap dikomentari untuk kemajuan blog ini. Kalau artikelnya bagus kan Anda juga yang senang kan. Kirim komentar Anda di sini !